Tuesday, November 8, 2016

Tekodeko Koffiehuis

Akulturasi Budaya Dalam Secangkir Kopi

            Hello hungry people, kali ini gue mau ngereview tempat ngopi unik di Kota lama Semarang, tepatnya di Jl. Letjen Suprapto 44, Kota Lama Semarang . Sebenernya ini kedua kalinya gue kesini setelah minggu lalu gue dan temen gue secara ga sengaja nemu tempat kopi ini. Namun berhubung gue bukan coffeeholic maka kayanya kurang afdol kalo saat itu gue dengan sotoynya ngereview tentang kopi, karena itulah malem ini gue balik lagi kesini dengan membawa sahabat gue yang memang seorang pecinta kopi.
            Salah satu yang menarik perhatian gue ketika pertama kali dateng kesini adalah suasana vintage yang disajikan oleh coffehouse ini, dengan memanfaatkan bangunan koservasi kota lama semarang dipadu dengan ornamen-ornamen pendukung seperti lukisan-lukisan bertemakan Semarang jaman doeloe membawa kita untuk dapat menikmati aroma sejarah kota lama. Namun rupanya Tekodeko masih memiliki senjata lainnya yaitu kopi akulturasi. Akulturasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “Acculturate” yang berarti: Tumbuh dan Berkembang Bersama. Artinya kopi akulturasi ini merupakan hasil dari adaptasi budaya asing yang berkembang di Semarang. Hmm..penasaran kan?.  
Pada malem ini gue dan makhluk beruntung yang malem ini gue culik mau menjajal kopi akulturasi ala tekodeko koffiehuis. Menu yang kita pesan yaitu adalah Kopi Cheng Li dan Kopi Londo.
Kopi Cheng Li ini merupakan kopi akulturasi budaya Tionghoa. Yang menarik adalah kopi ini tercipta dari perpaduan kopi, teh dan susu, 3 jenis minuman yang paling sering dinikmati oleh kebanyakan orang. Idealnya kopi paling cocok dinikmati pada pagi hari sebelum orang-orang berangkat bekerja, teh pada sore hari sebagai mood booster setelah seharian beraktivitas, dan susu pada malam hari guna membuat tubuh lebih rileks dan nyaman untuk beristirahat. Namun bagaimana bila ketiganya dinikmati dalam waktu bersamaan yang disajikan dalam secangkir kopi?. Jawabannya ada di Kopi Cheng Li ini.
Kopi Cheng Li: 27k
Perpaduan kopi dan teh menghasilkan warna yang sekilas terlihat seperti susu coklat namun ketika dirasakan, rasa pahit kopi yang kuat serta rasa pahit teh yang lembut menyatu di lidah menghasilkan rasa yang khas. Akan tetapi rasa yang sebenarnya baru akan keluar ketika kopinya diaduk. Susu kental manis yang terendapkan di dasar gelas selain sebagai salah satu dari 3 elemen penting pada kopi ini, juga sebagai pengganti gula cair ataupun gula bubuk yang umum disajikan menemani sajian kopi. Rasa manis dan gurih dari susu menjadi pelengkap yang dapat menetralisir rasa pahit dari kopi maupun teh yang mana ketiganya menghasilkan perpaduan rasa yang bersahabat bagi penikmat kopi awam. Sejalan dengan arti kata Cheng Li sendiri yaitu: bertindak adil, dimana porsi dari masing-masing elemen inilah yang merupakan kunci dari nikmatnya Kopi Cheng Li.
Tidak lupa, kue semprong menjadi cemilan sekaligus ornamen pelengkap dalam sajian kopi ini, kue semprong ini sengaja dibuat tidak terlalu manis dikarenakan kopinya sendiri sudah memberikan sensasi rasa yang ramai. Kerenyahan dari kue semprong ini tentunya sangat cocok untuk menemani kita menikmati kopi Cheng Li.
Sajian kopi kedua yang kita pesan yaitu kopi Londo, Londo sendiri merupakan sebutan dari etnis jawa kepada orang-orang asing berkulit putih khususnya orang-orang barat (mungkin hampir sama kaya sebutan “Bule” kali yaa). Kopi Londo ini merupakan kopi akulturasi budaya negeri kincir angin Belanda. Bagi yang belum tau, “Kawan lama” kita ini sebenarnya memiliki budaya minum kopi yang cukup kental, tidak jauh berbeda dengan negara-negara pecinta kopi lainnya seperti Italia, Austria, Maroko, Turki, Meksiko, dan Indonesia. Bahkan disana jarang sekali dijual kopi instan di supermarket, karena orang-orang belanda lebih suka memanggang dan menggiling biji kopinya sendiri...wow banget ga tuh.
Kopi Londo: 27k
Oke langsung aja kita jajal si kopi Bule...eh kopi Londo ini. Sama seperti kopi sebelumnya, kopi Londo ini disajikan di atas sebuah nampan kayu persegi panjang yang cukup tebal. Namun berbeda dari Kopi Cheng Li, Kopi Londo ini ditemani oleh susu yang disajikan dalam sebuah teko yang sangat kecil dan segelas gula cair. Tidak hanya itu, sama seperti kopi Cheng Li, kopi ini juga dilengkapi dengan ornamen pelengkap yaitu biskuit jahe.
Sekilas, kopi ini terlihat seperti kaffe (sebutan orang belanda untuk kopi hitam) namun warnanya tidak terlalu hitam bahkan cenderung lebih kecoklatan. Diatasnya terlihat taburan bubuk yang kalo dari aromanya sepertinya merupakan cinnamon. Oke kita coba kopinya sekarang.....yap seperti yang udah gue duga, rasanya pahit (yaiyalah). Berhubung gue cinta banget sama susu, gue coba tambahin sedikit susu dan juga sedikit gula kedalam kopinya. Nah ini dia..rasa kopi yang pahit, gurihnya susu dan manisnya gula merupakan perpaduan paling pas kalo menurut gue. Susu yang digunakan disini rasanya tawar dengan sedikit rasa gurih guna menetralisir rasa pahit dari kopi. Dan gula cairnya memiliki rasa manis yang smooth sehingga nggak langsung merusak originalitas rasa kopinya sendiri. Hal pertama yang langsung kebayang dibenak gue ketika menikmati kopi ini adalah kopi ini hampir mirip sama Koffie Verkeerd yaitu kopi dengan campuran susu atau Coffee latte ala Netherland.
Oiya, nggak lupa juga kue jahe yang menemani kopi Londo ini semakin menambah kenikmatan dari sajian kopi Londo. Seandainya kuenya masih banyak, mungkin gue pengen minta setoples lagi, tapi kayanya itu bakalan mengurangi esensi dari minum kopinya sendiri. Jadi mending kita pesan cemilan yang paling recomended disini. Pilihan kita akhirnya jatuh pada Special Bucket karena isinya yang sangat beragam dan tampilannya yang menarik, sepertinya bakal jadi cemilan yang pas untuk menemani obrolan santai malam hari ini.
Special Bucket: 27k
Pada Special Bucket yang kita santap terdapat 4 jenis hidangan, yaitu: Onion Ring, Potato Wedges, Sosis Knackwurst dan Chicken Nugget. Onion Ring pada hidangan special bucket ini memiliki kerenyahan yang patut diacungi jempol, rasa bawangnya juga tidak menusuk di lidah, serta teksturnya lembut dan mudah terpotong. Selain Onion Ring, Potato Wedges pada hidangan ini pun memiliki tingkat kerenyahan yang excellent. Tekstur kentangnya yang lembut beradu dengan pinggiran kulit kentang yang crispy menghasilkan perpaduan tekstur yang sangat serasi. Kulit kentang yang sengaja tidak dikupas merupakan salah satu kunci dari potato wedges, berbeda dengan french fries, yaitu potongan kentang panjang dan tipis dengan kulit yang seluruhnya telah terkupas, potato wedges justru memiliki bentuk potongan yang tebal dan mempertahankan kulit yang langsung digoreng bersama dengan kentangnya tanpa harus dikupas terlebih dahulu. Jenis hidangan yang ketiga pada Special Bucket adalah Sosis. Gue menginterpretasikan sosis ini adalah jenis sosis Knackwurst, jika dilihat dari bentuknya serta komposisi daging didalamnya. Sosis Kanackwurst memiliki bentuk yang gendut dan pendek, dengan warna merah yang menggugah selera. Di Jerman, jenis sosis ini biasanya terbuat dari campuran daging sapi dan daging babi yang dibumbui dengan cacahan bawang putih yang membuat aroma dagingnya semakin kuat. Namun dalam beberapa negara, sosis ini hanya menggunakan daging sapi saja. Oiya, sosis jenis ini juga memang sangat pas disantap bersama dengan kentang goreng, dan lebih bagus lagi bila dilengkapi mustard. Dan jenis hidangan yang terakir yaitu Chicken Nugget. Chicken nugget pada sajian ini tidak terlalu menonjol dibandingkan yang lain, namun masih bisa dibilang lezat. Teksturnya tidak sebagus Onion Ring dan Potato Wedgesnya dan rasanya juga masih kalah jika dibandingkan dengan Sosisnya.
Dibalik dari 4 jenis makanannya yang lezat, menurut gue senjata utama dari masakan ini justru ada di sausnya. Gue suka banget sama saus dari Special Bucket ini, gue kurang tau ini saus apa, tapi rasanya mirip dengan saus barbeque dengan sedikit rasa asam dan dipadu dengan rasa pedas yang tidak menyengat. Sangat cocok untuk melengkapi Onion Ring, Potato Wedges, Chicken Nugget, dan Sosisnya.

Kopi Cheng Li+Kopi Londo+Special Bucket: 81k

Overall tempat ngopi yang satu ini menurut gue sangat layak untuk dikunjungi, dengan harga yang menengah menurut gue cukup worth it lah mengeluarkan budget segitu karena sebanding dengan suasana dan rasa yang ditawarkan. Namun sayang sekali, menurut gue untuk ukuran sebuah Coffeehouse tempat ini jam tutupnya terlalu awal yaitu: Weekdays 9am-10pm, Fri-Sun 9am-11pm.
  
  














No comments:

Post a Comment