Akulturasi
Budaya Dalam Secangkir Kopi
Hello hungry people, kali ini gue mau
ngereview tempat ngopi unik di Kota lama Semarang, tepatnya di Jl. Letjen Suprapto
44, Kota Lama Semarang . Sebenernya ini kedua kalinya gue kesini setelah minggu
lalu gue dan temen gue secara ga sengaja nemu tempat kopi ini. Namun berhubung
gue bukan coffeeholic maka kayanya kurang afdol kalo saat itu gue dengan
sotoynya ngereview tentang kopi, karena itulah malem ini gue balik lagi kesini
dengan membawa sahabat gue yang memang seorang pecinta kopi.
Salah
satu yang menarik perhatian gue ketika pertama kali dateng kesini adalah
suasana vintage yang disajikan oleh coffehouse ini, dengan memanfaatkan
bangunan koservasi kota lama semarang dipadu dengan ornamen-ornamen pendukung
seperti lukisan-lukisan bertemakan Semarang jaman doeloe membawa kita untuk
dapat menikmati aroma sejarah kota lama. Namun rupanya Tekodeko masih memiliki
senjata lainnya yaitu kopi akulturasi. Akulturasi sendiri berasal dari bahasa
latin yaitu “Acculturate” yang berarti: Tumbuh dan Berkembang Bersama. Artinya
kopi akulturasi ini merupakan hasil dari adaptasi budaya asing yang berkembang
di Semarang. Hmm..penasaran kan?.
Pada malem ini gue dan
makhluk beruntung yang malem ini gue culik mau menjajal kopi akulturasi ala
tekodeko koffiehuis. Menu yang kita pesan yaitu adalah Kopi Cheng Li dan Kopi
Londo.
Kopi Cheng Li ini merupakan
kopi akulturasi budaya Tionghoa. Yang menarik adalah kopi ini tercipta dari
perpaduan kopi, teh dan susu, 3 jenis minuman yang paling sering dinikmati oleh
kebanyakan orang. Idealnya kopi paling cocok dinikmati pada pagi hari sebelum
orang-orang berangkat bekerja, teh pada sore hari sebagai mood booster setelah seharian beraktivitas, dan susu pada malam
hari guna membuat tubuh lebih rileks dan nyaman untuk beristirahat. Namun
bagaimana bila ketiganya dinikmati dalam waktu bersamaan yang disajikan dalam
secangkir kopi?. Jawabannya ada di Kopi Cheng
Li ini.
Kopi Cheng Li: 27k
Perpaduan kopi dan teh
menghasilkan warna yang sekilas terlihat seperti susu coklat namun ketika
dirasakan, rasa pahit kopi yang kuat serta rasa pahit teh yang lembut menyatu
di lidah menghasilkan rasa yang khas. Akan tetapi rasa yang sebenarnya baru
akan keluar ketika kopinya diaduk. Susu kental manis yang terendapkan di dasar
gelas selain sebagai salah satu dari 3 elemen penting pada kopi ini, juga
sebagai pengganti gula cair ataupun gula bubuk yang umum disajikan menemani
sajian kopi. Rasa manis dan gurih dari susu menjadi pelengkap yang dapat
menetralisir rasa pahit dari kopi maupun teh yang mana ketiganya menghasilkan
perpaduan rasa yang bersahabat bagi penikmat kopi awam. Sejalan dengan arti
kata Cheng Li sendiri yaitu:
bertindak adil, dimana porsi dari masing-masing elemen inilah yang merupakan
kunci dari nikmatnya Kopi Cheng Li.
Tidak lupa, kue semprong menjadi
cemilan sekaligus ornamen pelengkap dalam sajian kopi ini, kue semprong ini
sengaja dibuat tidak terlalu manis dikarenakan kopinya sendiri sudah memberikan
sensasi rasa yang ramai. Kerenyahan dari kue semprong ini tentunya sangat cocok
untuk menemani kita menikmati kopi Cheng
Li.
Sajian kopi kedua yang kita
pesan yaitu kopi Londo, Londo sendiri merupakan sebutan dari etnis jawa kepada
orang-orang asing berkulit putih khususnya orang-orang barat (mungkin hampir
sama kaya sebutan “Bule” kali yaa). Kopi Londo ini merupakan kopi akulturasi
budaya negeri kincir angin Belanda. Bagi yang belum tau, “Kawan lama” kita ini
sebenarnya memiliki budaya minum kopi yang cukup kental, tidak jauh berbeda
dengan negara-negara pecinta kopi lainnya seperti Italia, Austria, Maroko,
Turki, Meksiko, dan Indonesia. Bahkan disana jarang sekali dijual kopi instan
di supermarket, karena orang-orang belanda lebih suka memanggang dan menggiling
biji kopinya sendiri...wow banget ga tuh.
Kopi Londo: 27k
Oke langsung aja kita
jajal si kopi Bule...eh kopi Londo ini. Sama seperti kopi sebelumnya, kopi
Londo ini disajikan di atas sebuah nampan kayu persegi panjang yang cukup
tebal. Namun berbeda dari Kopi Cheng Li,
Kopi Londo ini ditemani oleh susu yang disajikan dalam sebuah teko yang sangat
kecil dan segelas gula cair. Tidak hanya itu, sama seperti kopi Cheng Li, kopi ini juga dilengkapi
dengan ornamen pelengkap yaitu biskuit jahe.
Sekilas, kopi ini terlihat
seperti kaffe (sebutan orang belanda
untuk kopi hitam) namun warnanya tidak terlalu hitam bahkan cenderung lebih
kecoklatan. Diatasnya terlihat taburan bubuk yang kalo dari aromanya sepertinya
merupakan cinnamon. Oke kita coba kopinya sekarang.....yap seperti yang udah
gue duga, rasanya pahit (yaiyalah). Berhubung gue cinta banget sama susu, gue
coba tambahin sedikit susu dan juga sedikit gula kedalam kopinya. Nah ini
dia..rasa kopi yang pahit, gurihnya susu dan manisnya gula merupakan perpaduan
paling pas kalo menurut gue. Susu yang digunakan disini rasanya tawar dengan
sedikit rasa gurih guna menetralisir rasa pahit dari kopi. Dan gula cairnya
memiliki rasa manis yang smooth
sehingga nggak langsung merusak originalitas rasa kopinya sendiri. Hal pertama
yang langsung kebayang dibenak gue ketika menikmati kopi ini adalah kopi ini
hampir mirip sama Koffie Verkeerd
yaitu kopi dengan campuran susu atau Coffee
latte ala Netherland.
Oiya, nggak lupa juga kue
jahe yang menemani kopi Londo ini semakin menambah kenikmatan dari sajian kopi
Londo. Seandainya kuenya masih banyak, mungkin gue pengen minta setoples lagi,
tapi kayanya itu bakalan mengurangi esensi dari minum kopinya sendiri. Jadi
mending kita pesan cemilan yang paling recomended disini. Pilihan kita akhirnya
jatuh pada Special Bucket karena isinya yang sangat beragam dan tampilannya
yang menarik, sepertinya bakal jadi cemilan yang pas untuk menemani obrolan santai
malam hari ini.
Special Bucket:
27k
Pada Special Bucket yang
kita santap terdapat 4 jenis hidangan, yaitu: Onion Ring, Potato Wedges, Sosis Knackwurst dan Chicken
Nugget. Onion Ring pada hidangan special bucket ini memiliki kerenyahan yang
patut diacungi jempol, rasa bawangnya juga tidak menusuk di lidah, serta
teksturnya lembut dan mudah terpotong. Selain Onion Ring, Potato Wedges pada
hidangan ini pun memiliki tingkat kerenyahan yang excellent. Tekstur kentangnya
yang lembut beradu dengan pinggiran kulit kentang yang crispy menghasilkan
perpaduan tekstur yang sangat serasi. Kulit kentang yang sengaja tidak dikupas
merupakan salah satu kunci dari potato wedges, berbeda dengan french fries,
yaitu potongan kentang panjang dan tipis dengan kulit yang seluruhnya telah
terkupas, potato wedges justru memiliki bentuk potongan yang tebal dan
mempertahankan kulit yang langsung digoreng bersama dengan kentangnya tanpa
harus dikupas terlebih dahulu. Jenis hidangan yang ketiga pada Special Bucket
adalah Sosis. Gue menginterpretasikan sosis ini adalah jenis sosis Knackwurst,
jika dilihat dari bentuknya serta komposisi daging didalamnya. Sosis
Kanackwurst memiliki bentuk yang gendut dan pendek, dengan warna merah yang
menggugah selera. Di Jerman, jenis sosis ini biasanya terbuat dari campuran
daging sapi dan daging babi yang dibumbui dengan cacahan bawang putih yang
membuat aroma dagingnya semakin kuat. Namun dalam beberapa negara, sosis ini
hanya menggunakan daging sapi saja. Oiya, sosis jenis ini juga memang sangat
pas disantap bersama dengan kentang goreng, dan lebih bagus lagi bila dilengkapi
mustard. Dan jenis hidangan yang terakir yaitu Chicken Nugget. Chicken nugget
pada sajian ini tidak terlalu menonjol dibandingkan yang lain, namun masih bisa
dibilang lezat. Teksturnya tidak sebagus Onion Ring dan Potato Wedgesnya dan
rasanya juga masih kalah jika dibandingkan dengan Sosisnya.
Dibalik dari 4 jenis
makanannya yang lezat, menurut gue senjata utama dari masakan ini justru ada di
sausnya. Gue suka banget sama saus dari Special Bucket ini, gue kurang tau ini
saus apa, tapi rasanya mirip dengan saus barbeque dengan sedikit rasa asam dan
dipadu dengan rasa pedas yang tidak menyengat. Sangat cocok untuk melengkapi
Onion Ring, Potato Wedges, Chicken Nugget, dan Sosisnya.
Kopi Cheng
Li+Kopi Londo+Special Bucket: 81k
Overall tempat ngopi yang
satu ini menurut gue sangat layak untuk dikunjungi, dengan harga yang menengah
menurut gue cukup worth it lah mengeluarkan budget segitu karena sebanding
dengan suasana dan rasa yang ditawarkan. Namun sayang sekali, menurut gue untuk
ukuran sebuah Coffeehouse tempat ini jam tutupnya terlalu awal yaitu: Weekdays
9am-10pm, Fri-Sun 9am-11pm.
No comments:
Post a Comment