Thursday, November 10, 2016

Michi Ramen

Dominasi Chicken and Pork

            Hello hungry people, hari ini gue mau menjajal tempat makan Ramen yang berada di daerah Gajah Mada Semarang, tepatnya di jalan Taman Seteran Baru 19. Awalnya gue nggak tau ada tempat makan ramen di sekitar sini, gue nemu tempat ini pun bener-bener nggak sengaja. Ceritanya waktu itu gue sama temen gue baru balik nongkrong dari Toasty Eatery, terus berhubung jalanan pada macet, alhasil kita muter-muter nggak jelas nyari jalan balik yang nggak macet, dan berkat kesotoyan temen gue yang merupakan orang Semarang KW ini akhirnya kita malah sampai di dalam gang perumahan di daerah Gajahmada. Tapi seperti kata band favorite gue Disturbed: Sometimes darkness can show you the light, maka walaupun kita kesasar seenggaknya kita malah nemu tempat makan yang belom pernah kita datengin. Hip hip Hurrayy.
            Nggak perlu waktu lama, seminggu setelahnya gue dan temen gue langsung balik lagi kesana guna mencicipi hidangan ramen khas Jepang. Yang lebih bikin semangat lagi adalah malam ini semua biaya makan ditanggung sama temen gue. Kebetulan sorenya gue lagi nangkring di kost sambil nonton Shokugeki No Souma yang kebetulan disana episodenya lagi tentang Ramen Battle. Terus tiba-tiba gue dapet chat dari temen gue yang isinya to the point banget “Yo,ntar malem kulineran, gue yang bayar” Yoooooks. Oke saat itu juga gue langsung cus ke rumah temen gue yang terletak di jalan Sadewa dekat tugu muda. Awalnya gue ditawari 2 pilihan tempat makan, yaitu: Masakan Jepang Michi Ramen dan Masakan Italia Trattoria. Namun berhubung di kepala gue udah kebayang-bayang Ramen seafood pedas, dengan kuah campuran misso, maka tentu aja tanpa pikir panjang gue langsung milih pilihan yang pertama.
Oke langsung aja kita bahas mengenai food experience gue dan temen gue di Michi Ramen ini:
Sesampainya disana kita cukup dikagetkan dengan penuhnya meja dan kursi yang ada disana. Tapi untungnya masih ada dua meja kosong saat itu. Sebenernya gue lagi ngidam banget pengen seafood ramen, tapi setelah gue buka menunya, satu hal yang gue sadarin adalah masakan di restoran ini didominasi oleh chicken dan pork,  lookslike there is no seafood ramen there. Bisa dibilang hampir semua cita rasa makanan laut hanya difokuskan pada jenis masakan sushinya saja. Ramen dan Donburinya terbagi menjadi dua kubu yaitu chicken dan pork. Buat kalian yang nggak makan daging babi bisa pilih hidangan ramen atau donburi yang terdapat kata Tori (ayam) dan hindari menu dengan kata Buta (Babi). Buat yang boleh, mungkin bisa coba menu porknya yang keliatannya cukup lezat. Dan buat kalian yang ga bisa makan babi tapi bosan dengan menu ayam, mungkin bisa coba menu Salmon Teriyaki Don atau Curry Rice with Beef Teriyaki.
Akhirnya ramen pilihan gue jatuh pada Tori Kara Ramen with Miso, sedangkan temen gue pesen Shoyu Ramen. Nggak lengkap rasanya kita makan di restoran jepang tanpa mesen menu sushi, maka gue milih  Cherry Blossom Roll sebagai salah satu main course kita kali ini. Sedangkan temen gue yang lagi ngidam banget Gyoza langsung aja pesen Chicken gyoza sebagai light meal pada malam hari ini.
Sambil nunggu hidangannya dateng, gue sempet merhatiin keadaan sekeliling kita. Kondisinya waktu itu restoran ini lagi penuh dengan pelanggan. Dan jika dilihat dari pesanan meja sebelah-sebelah gue yang banyak mengandung pork maka gue interpretasikan sepertinya menu pork disini lumayan enak guys. Seperti yang kita tau saat ini sangat sedikit restoran yang berani menyajikan menu pork, maka Michi Ramen bisa menjadi pilihan bagi kalian yang mungkin lagi ngidam dengan menu ini.
Nggak butuh waktu lama, pesanan kitapun akhirnya datang:
Shoyu Ramen: 38k
Menu pertama yang kita pesan yaitu adalah Shoyu Ramen yang merupakan pilihan temen gue. Shoyu sendiri merupakan nama dari kecap khas jepang. Maka nggak heran jika kuah dari ramen Shoyu ini memiliki perpaduan rasa asin dan manis seperti shoyu. Shoyu Ramen sendiri adalah hidangan ramen yang paling umum di Jepang, jadi jika kalian memesan menu Ramen tanpa embel-embel apapun maka Shoyu Ramen inilah hidangan yang akan menghampiri meja kalian.
Tori Kara Miso: 38k
Pesanan kita yang kedua yaitu adalah Tori Kara Miso, hampir sama seperti Shoyu Ramen, toping pada Tori Kara Miso Ramen ini isinya daging ayam, Telur rebus, Jamur kuping, Narutomaki, dan Daun Bawang. Namun perbedaan mencolok dari kedua Ramen ini adalah pada kuah kaldunya. Pada Tori Kara Miso, kuahnya ditambahkan dengan sambal yang membuat rasanya lebih spicy, namun campuran Miso (siraman kuah tauco) pada kuahnya membuat rasa pedasnya tidak menusuk dan justru cenderung lembut. Jadi jika kuah pada Shoyu Ramen didominasi rasa manis, maka pada kuah Tori Kara Miso ini cenderung didominasi rasa gurih yang lembut dan sedikit pedas.
Dari riset yang gue lakukan, hidangan ramen memiliki 3 kunci utama, yaitu: Mie, Kuah, dan Taburan. Untuk mie yang dipakai disini memiliki bentuk yang tipis dan panjang, sangat cocok untuk digabungkan dengan kuah kaldu yang memiliki cita rasa yang lembut kebalikan dengan jenis mie yang tebal yang lebih cocok untuk dipadukan dengan kuah bercita rasa kuat. Dalam hal kuah, kaldu untuk ramen pada umumnya terbagi menjadi empat jenis yaitu Shio (garam), Shoyu (kecap), Miso (pasta fermentasi kedelai) dan terakhir Tonkotsu (daging babi). Namun pada kesepatan kali ini kita hanya mencicipi 2 jenis yaitu Shoyu dan Miso saja. Untuk yang menyukai rasa yang manis bisa memilih Shoyu, sedangkan untuk yang lebih suka rasa gurih yang smooth, Miso menjadi pilihan yang terbaik. Dan terakhir dari segi taburan atau toppingnya, daging ayamnya memiliki rasa yang cukup lezat, dipadu dengan telur rebus yang tidak terlalu matang menonjolkan tekstur dan rasa dari kuning telurnya, selain itu potongan jamur kuping, narutomaki (olahan ikan kue yang bentuknya seperti lambang Konoha) dan daun bawangnya memperkaya tekstur yang terasa ramai di lidah.
Setelah puas mencicipi hidangan Ramen, kini saatnya kita menjajal Sushi Cherry Blossom Roll. Yang menjadi alasan utama gue memilih menu ini adalah kehadiran Baked Salmon yang dengan indahnya menghiasi hidangan sushi ini. Nggak sampai disitu, diatas Baked salmonnya bahkan terdapat butiran-butiran Tobiko Orange yang sangat menggugah selera. Oke langsung aja kita cicipi....
Cherry Blossom Roll: 42k
Yap, baked salmon memang nggak pernah mengecewakan, ditambah rasa nori yang gurih dan sayuran berupa wortel dan timun segar yang tergulung rapi di dalam sushinya menjadikan rasa sushi ini menjadi begitu lezat.Namun ada tekstur lain yang mampir di lidah gue, dan gue tau persis itu bukan sayuran ataupun nori apalagi tobiko (Telur ikan salmon). Saat gue perhatikan, seperti ada warna putih yang “nyempil” diantara sayur dan norinya. Dan setelah gue rasakan dengan seksama rasa dan teksturnya, gue menebak kalo ini adalah Kani atau Kepiting (tolong dikoreksi kalo gue salah).
Akhirnya kita sampai juga ke hidangan terakhir kita, tapi sebelumnya gue mau menyarankan, kalau bisa kalian juga menambahkan wasabi pada saat makan sushi atau sashimi, karena sebenarnya wasabi bukan sekedar pemberi rasa pedas ataupun ornamen pelengkap sushi aja guys. Manfaat wasabi yang utama justru sebagai pembunuh bakteri yang kemungkinan masih terdapat pada hidangan ikan mentah seperti Sushi dan Sashimi. Oiya, satu lagi, sebelum makan hidangan selanjutnya sebaiknya kalian coba juga acar jahe yang biasanya hadir bersama hidangan sushi atau sashimi (pada beberapa restoran, acar jahe dan wasabi sudah disediakan di meja). Sama seperti wasabi, acar jahe ini disamping menjadi ornamen pelengkap makanan sushi juga memiliki misi khusus yaitu sebagai pembersih atau penetralisir lidah dari rasa sushi maupun sashimi yang kita makan. Selain itu juga dapat mengurangi rasa eneg ataupun mual untuk penikmat sushi pemula, atau bagi yang sudah kekenyangan.
Oke lanjut ke hidangan terakhir, yaitu Chicken Gyoza!!!.

Chicken Gyoza: 25k
Entah kenapa melem ini temen gue ngotot banget pengen mesen hidangan yang satu ini, tapi kalau dilihat dari kenampakannya sih sepertinya memang Oishi...!!. Sekedar informasi, Gyoza ini sebenernya bukan merupakan masakan asli Jepang loh guys, Gyoza sendiri merupakan hasil akulturasi dari budaya negeri tirai bambu. Jadi Sebenernya Gyoza ini asalnya dari negara Tiongkok, namun karena lebih terkenal saat dibawa ke Jepang, maka kebanyakan orang mengira kalo makanan ini adalah kuliner asli Jepang. Menariknya, nama Gyoza sendiri berasal dari bahasa China yaitu Jiaozi, tapi berhubung orang jepang susah nyebut Jiaozi maka penyebutannya berubah jadi Gyoza. Akulturasi Penyebutan nama di dunia kuliner ini sebenarnya udah sangat umum hampir di setiap negara, termasuk Indonesia. Misalnya Perkedel yang selama ini kita kenal sebenarnya diambil dari bahasa Belanda yaitu Frikadel, contoh lainnya kata Bistik juga diambil dari bahasa kawan lama kita tersebut yaitu Biefstuk (gimana? baru tahu kan??).
Oke, ga perlu berlama-lama, langsung aja kita bahas rasa dari Gyozanya. Jadi, setelah gue coba ternyata rasanya hampir mirip sama Korean Dumpling, Cuma bedanya pada Chicken Gyoza ini terdapat tekstur agak renyah di bagian dasar kulitnya. Hal ini disebabkan, Dumpling ala jepang ini digoreng terlebih dahulu dibagian dasarnya sebelum kemudian direbus, berbeda dari Korean Dumpling yang memasaknya dengan cara disteam. Maka nggak heran kalo Gyoza ini sering juga disebut denga Japanesse Pan-fried Dumpling.
Isi dari gyozanya sendiri merupakan campuran daging ayam dan sedikit sayuran yang menurut gue cukup lezat. Kalo Jiaozi versi aslinya isinya adalah daging babi dan udang, tapi di negara-negara tertentu isi dari dumplingnya sudah dimodifikasi dan disesuaikan. Dan terakhir kita coba sausnya....hmm, sebenernya gue kurang begitu suka sama sausnya yang rasanya asam, dengan sedikit manis dan pedas. Tapi biasanya pada hidangan ini memang saus yang disajikan berupa cuka saus kedelai. Jadi mungkin buat yang suka sama rasa saus yang asam bakal bisa lebih menikmati hidangan ini.
Jadi kesimpulannya, ramen disini memiliki rasa yang lumayan enak dan porsi yang banyak, sushinya juga cukup lezat tapi nggak terlalu istimewa, karena gue udah menemukan banyak yang lebih lezat, begitupun juga gyozanya. Dari segi menu, menurut gue kurang begitu variatif, namun banyaknya menu pork yang disediakan disini menjadi daya tarik tersendiri. Dan terakhir, tempat jam buka dari restoran ini adalah jam 10am-10pm. Oke, segitu aja review kita kali ini, next time kita jajal lagi kuliner-kuliner lainnya yang pastinya bakal recomended banget. See ya...







Tuesday, November 8, 2016

Tekodeko Koffiehuis

Akulturasi Budaya Dalam Secangkir Kopi

            Hello hungry people, kali ini gue mau ngereview tempat ngopi unik di Kota lama Semarang, tepatnya di Jl. Letjen Suprapto 44, Kota Lama Semarang . Sebenernya ini kedua kalinya gue kesini setelah minggu lalu gue dan temen gue secara ga sengaja nemu tempat kopi ini. Namun berhubung gue bukan coffeeholic maka kayanya kurang afdol kalo saat itu gue dengan sotoynya ngereview tentang kopi, karena itulah malem ini gue balik lagi kesini dengan membawa sahabat gue yang memang seorang pecinta kopi.
            Salah satu yang menarik perhatian gue ketika pertama kali dateng kesini adalah suasana vintage yang disajikan oleh coffehouse ini, dengan memanfaatkan bangunan koservasi kota lama semarang dipadu dengan ornamen-ornamen pendukung seperti lukisan-lukisan bertemakan Semarang jaman doeloe membawa kita untuk dapat menikmati aroma sejarah kota lama. Namun rupanya Tekodeko masih memiliki senjata lainnya yaitu kopi akulturasi. Akulturasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “Acculturate” yang berarti: Tumbuh dan Berkembang Bersama. Artinya kopi akulturasi ini merupakan hasil dari adaptasi budaya asing yang berkembang di Semarang. Hmm..penasaran kan?.  
Pada malem ini gue dan makhluk beruntung yang malem ini gue culik mau menjajal kopi akulturasi ala tekodeko koffiehuis. Menu yang kita pesan yaitu adalah Kopi Cheng Li dan Kopi Londo.
Kopi Cheng Li ini merupakan kopi akulturasi budaya Tionghoa. Yang menarik adalah kopi ini tercipta dari perpaduan kopi, teh dan susu, 3 jenis minuman yang paling sering dinikmati oleh kebanyakan orang. Idealnya kopi paling cocok dinikmati pada pagi hari sebelum orang-orang berangkat bekerja, teh pada sore hari sebagai mood booster setelah seharian beraktivitas, dan susu pada malam hari guna membuat tubuh lebih rileks dan nyaman untuk beristirahat. Namun bagaimana bila ketiganya dinikmati dalam waktu bersamaan yang disajikan dalam secangkir kopi?. Jawabannya ada di Kopi Cheng Li ini.
Kopi Cheng Li: 27k
Perpaduan kopi dan teh menghasilkan warna yang sekilas terlihat seperti susu coklat namun ketika dirasakan, rasa pahit kopi yang kuat serta rasa pahit teh yang lembut menyatu di lidah menghasilkan rasa yang khas. Akan tetapi rasa yang sebenarnya baru akan keluar ketika kopinya diaduk. Susu kental manis yang terendapkan di dasar gelas selain sebagai salah satu dari 3 elemen penting pada kopi ini, juga sebagai pengganti gula cair ataupun gula bubuk yang umum disajikan menemani sajian kopi. Rasa manis dan gurih dari susu menjadi pelengkap yang dapat menetralisir rasa pahit dari kopi maupun teh yang mana ketiganya menghasilkan perpaduan rasa yang bersahabat bagi penikmat kopi awam. Sejalan dengan arti kata Cheng Li sendiri yaitu: bertindak adil, dimana porsi dari masing-masing elemen inilah yang merupakan kunci dari nikmatnya Kopi Cheng Li.
Tidak lupa, kue semprong menjadi cemilan sekaligus ornamen pelengkap dalam sajian kopi ini, kue semprong ini sengaja dibuat tidak terlalu manis dikarenakan kopinya sendiri sudah memberikan sensasi rasa yang ramai. Kerenyahan dari kue semprong ini tentunya sangat cocok untuk menemani kita menikmati kopi Cheng Li.
Sajian kopi kedua yang kita pesan yaitu kopi Londo, Londo sendiri merupakan sebutan dari etnis jawa kepada orang-orang asing berkulit putih khususnya orang-orang barat (mungkin hampir sama kaya sebutan “Bule” kali yaa). Kopi Londo ini merupakan kopi akulturasi budaya negeri kincir angin Belanda. Bagi yang belum tau, “Kawan lama” kita ini sebenarnya memiliki budaya minum kopi yang cukup kental, tidak jauh berbeda dengan negara-negara pecinta kopi lainnya seperti Italia, Austria, Maroko, Turki, Meksiko, dan Indonesia. Bahkan disana jarang sekali dijual kopi instan di supermarket, karena orang-orang belanda lebih suka memanggang dan menggiling biji kopinya sendiri...wow banget ga tuh.
Kopi Londo: 27k
Oke langsung aja kita jajal si kopi Bule...eh kopi Londo ini. Sama seperti kopi sebelumnya, kopi Londo ini disajikan di atas sebuah nampan kayu persegi panjang yang cukup tebal. Namun berbeda dari Kopi Cheng Li, Kopi Londo ini ditemani oleh susu yang disajikan dalam sebuah teko yang sangat kecil dan segelas gula cair. Tidak hanya itu, sama seperti kopi Cheng Li, kopi ini juga dilengkapi dengan ornamen pelengkap yaitu biskuit jahe.
Sekilas, kopi ini terlihat seperti kaffe (sebutan orang belanda untuk kopi hitam) namun warnanya tidak terlalu hitam bahkan cenderung lebih kecoklatan. Diatasnya terlihat taburan bubuk yang kalo dari aromanya sepertinya merupakan cinnamon. Oke kita coba kopinya sekarang.....yap seperti yang udah gue duga, rasanya pahit (yaiyalah). Berhubung gue cinta banget sama susu, gue coba tambahin sedikit susu dan juga sedikit gula kedalam kopinya. Nah ini dia..rasa kopi yang pahit, gurihnya susu dan manisnya gula merupakan perpaduan paling pas kalo menurut gue. Susu yang digunakan disini rasanya tawar dengan sedikit rasa gurih guna menetralisir rasa pahit dari kopi. Dan gula cairnya memiliki rasa manis yang smooth sehingga nggak langsung merusak originalitas rasa kopinya sendiri. Hal pertama yang langsung kebayang dibenak gue ketika menikmati kopi ini adalah kopi ini hampir mirip sama Koffie Verkeerd yaitu kopi dengan campuran susu atau Coffee latte ala Netherland.
Oiya, nggak lupa juga kue jahe yang menemani kopi Londo ini semakin menambah kenikmatan dari sajian kopi Londo. Seandainya kuenya masih banyak, mungkin gue pengen minta setoples lagi, tapi kayanya itu bakalan mengurangi esensi dari minum kopinya sendiri. Jadi mending kita pesan cemilan yang paling recomended disini. Pilihan kita akhirnya jatuh pada Special Bucket karena isinya yang sangat beragam dan tampilannya yang menarik, sepertinya bakal jadi cemilan yang pas untuk menemani obrolan santai malam hari ini.
Special Bucket: 27k
Pada Special Bucket yang kita santap terdapat 4 jenis hidangan, yaitu: Onion Ring, Potato Wedges, Sosis Knackwurst dan Chicken Nugget. Onion Ring pada hidangan special bucket ini memiliki kerenyahan yang patut diacungi jempol, rasa bawangnya juga tidak menusuk di lidah, serta teksturnya lembut dan mudah terpotong. Selain Onion Ring, Potato Wedges pada hidangan ini pun memiliki tingkat kerenyahan yang excellent. Tekstur kentangnya yang lembut beradu dengan pinggiran kulit kentang yang crispy menghasilkan perpaduan tekstur yang sangat serasi. Kulit kentang yang sengaja tidak dikupas merupakan salah satu kunci dari potato wedges, berbeda dengan french fries, yaitu potongan kentang panjang dan tipis dengan kulit yang seluruhnya telah terkupas, potato wedges justru memiliki bentuk potongan yang tebal dan mempertahankan kulit yang langsung digoreng bersama dengan kentangnya tanpa harus dikupas terlebih dahulu. Jenis hidangan yang ketiga pada Special Bucket adalah Sosis. Gue menginterpretasikan sosis ini adalah jenis sosis Knackwurst, jika dilihat dari bentuknya serta komposisi daging didalamnya. Sosis Kanackwurst memiliki bentuk yang gendut dan pendek, dengan warna merah yang menggugah selera. Di Jerman, jenis sosis ini biasanya terbuat dari campuran daging sapi dan daging babi yang dibumbui dengan cacahan bawang putih yang membuat aroma dagingnya semakin kuat. Namun dalam beberapa negara, sosis ini hanya menggunakan daging sapi saja. Oiya, sosis jenis ini juga memang sangat pas disantap bersama dengan kentang goreng, dan lebih bagus lagi bila dilengkapi mustard. Dan jenis hidangan yang terakir yaitu Chicken Nugget. Chicken nugget pada sajian ini tidak terlalu menonjol dibandingkan yang lain, namun masih bisa dibilang lezat. Teksturnya tidak sebagus Onion Ring dan Potato Wedgesnya dan rasanya juga masih kalah jika dibandingkan dengan Sosisnya.
Dibalik dari 4 jenis makanannya yang lezat, menurut gue senjata utama dari masakan ini justru ada di sausnya. Gue suka banget sama saus dari Special Bucket ini, gue kurang tau ini saus apa, tapi rasanya mirip dengan saus barbeque dengan sedikit rasa asam dan dipadu dengan rasa pedas yang tidak menyengat. Sangat cocok untuk melengkapi Onion Ring, Potato Wedges, Chicken Nugget, dan Sosisnya.

Kopi Cheng Li+Kopi Londo+Special Bucket: 81k

Overall tempat ngopi yang satu ini menurut gue sangat layak untuk dikunjungi, dengan harga yang menengah menurut gue cukup worth it lah mengeluarkan budget segitu karena sebanding dengan suasana dan rasa yang ditawarkan. Namun sayang sekali, menurut gue untuk ukuran sebuah Coffeehouse tempat ini jam tutupnya terlalu awal yaitu: Weekdays 9am-10pm, Fri-Sun 9am-11pm.